SLOGAN

AYO GABUNG PKP INDONESIA KAB MAJALENGKA TETAP JAYA

Rabu, 26 Oktober 2011

Sejarah Lahirnya PKP INDONESIA

Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP INDONESIA) adalah kelanjutan dari Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) yang dideklarasikan pada tanggal 15 Januari 1999; yang kemudian berganti nama pada tahun 2002 karena ketentuan electoral threshold sesuai UU No. 3 Tahun 1999 jo UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum (Legislatif). 
  Partai ini lahir di awal masa reformasi, sebagai jawaban menghadapi krisis multi dimensi yang telah melemahkan sendi-sendi Persatuan dan Kesatuan bangsa. Diawali dengan membentuk Gerakan Keadilan dan Persatuan Bangsa (GKPB), yang dimotori oleh mantan Wakil Presiden Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno, mantan Menhankam / Pangab Jenderal TNI (Purn) Edi Sudradjat, Tatto S. Pradjamanggala, Ir. Siswono Yudhohusodo, Ir. Sarwono Kusumaatmaja, Hayono Isman, Letjen TNI (Purn) Suryadi, Ali Sadikin, Kemal Idris, Udju S. Dinata, Prof. Sri Edi Swasono, David Napitupulu, Bambang Warih Koesoema, KH. Said Aqil Siradj, Ki. H. Umar Mansyur, Dr. Meutia Hatta, John Pieris, Marah Halim Harahap, Anton J. Supit, EE Mangindaan, Freddy Numbery, Indra Bambang Utoyo, Pontjo Sutowo, beserta komponen bangsa lainnya, yang kemudian dibentuklah PKP pada tanggal 15 Januari 1999 untuk mengikuti Pemilu 5 April 1999. Dan kemudian menjadi PKP Indonesia pada tahun 2002.

Arti dan lambang PKP INDONESIA

Tanda gambar PKP INDONESIA diperkenalkan kepada masyarakat sebagai: PERISAI (1), bergambar GARUDA (2), MERAH PUTIH (3), yang memegang rangkaian PADI DAN KAPAS(4).

Arti lambang dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) PERISAI melambangkan Perlindungan Pancasila; (2) GARUDA melambangkan Martabat Bangsa Yang Ksatria; (3) MERAH-PUTIH melambangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan (4) PADI-KAPAS melambangkan Keadilan dan Kesejahteraan.

Singkatan nama Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia adalah : PKP INDONESIA, yang penulisannya menggunakan huruf tebal mengambarkan prinsip yang teguh untuk memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika

Kamis, 07 April 2011

APA KATA IR DEDE MULYANA KETUA PKP INDONESIA KABUPATEN MAJALENGKA

Ketua DPK PKP Indonesia Kabupaten Majalengka punya itikad agar kemiskinan dan penggangguran berkurang karena selama ini dengan tidak adanya perwakilan di parlemen/ DPR RI anggka kemiskinan dan pengganguran belum berkurang dan masih tinggi. PKP INdonesia menyerukan buka mata buka hati untuk membangun kemakmuran takyat indonesia

Rabu, 16 Maret 2011

BIODATA KETUA UMUM PKP INDONESIA Letjen TNI (Purn) DR (HC) H Sutiyoso, SH


BIODATA :
Nama: LETJEN TNI (PURN)DR(HC) H SUTIYOSO, SH
Lahir: Semarang, 6 Desember 1944
Agama : Islam
Jabatan : Gubernur DKI Jakarta 1997-2007
Pangkat Militer terakhir: Letnan Jenderal TNI
Istri: Setyorini (Menikah 1974)
Anak:
- Yessy Riana Dilliyanti
- Renny Yosnita Ariyanti
Ayah: Tjitrodihardjo
Ibu: Sumini
PENDIDIKAN :
- Sekolah Dasar, 1955
- Sekolah Menengah Pertama, 1959
- Sekolah Menengah Atas, 1963
- Fakultas Tekhik Jurusan Teknik Sipil, Untag Semarang, 1964 (hanya satu tahun)
- Akademi Militer Nasional, Magelang, 1968
- Kursus Sussarcab, 1969
- Kursus Suslapa Infantri, 1978
- Pendidikan Seskoad, 1984
- Pendidikan Seskogab, 1990
- Kursus Lemhanas, 1994
- Doktor Kehormatan (Honoris Causa) Bidang Ilmu Politik, dari Universitas Busan, Korea Selatan, tahun 2001
PENUGASAN MILITER :
- Operasi PGRS/Paraku (1969)
- Operasi Flamboyan, Timtim (1975)
- Operasi Aceh Merdeka (1978)
KARIR :
- Asisten Personel Kopassus, 1988
- Asisten Operasi Kopassus, 1990
- Asisten Operasi Kepala staf ” Kostrad, 1991
- Wakil Komandan Jenderal Kopassus, 1992
- Komandan Korem 062 Suryakencana, Bogor, 1993
- Kepala Staff Kodam Jaya, Maret, 1994
- Pangdam Jaya, April 1996
- Gubernur DKI Jakarta, 1997-2002
- Gubernur DKI Jakarta, 2002-2007
PENUGASAN LUAR NEGERI :
- Ke Republik Korea Tahun 1982
- Ke Kerajaan Inggris, menjalani on the job training di Airbone, . 1987
- Ke Australia 1989 o Ke Amerika Serikat tahun 1991, menjalani latihan loncat terjun payung bersama tentara Amerika di Fortbragg
ORGANISASI OLAHRAGA :
- Ketua Pelaksana Harian Perbakad
- Ketua Umum PB PERBAKIN, 1997 s/d 2001
- Pembina Persija Jakarta, hingga saat ini
- Ketua Umum PB PERBASI, sampai 2004
- Ketua Umum Damai Indan Golf
- Ketua Umum Independent Golf
- Ketua Umum PB PBSI, 2004-2008
ORGANISASI PEMERINTAHAN :
- Gubernur DKI Jakarta
- Ketua Umum Asosiasi Pemerintahan Propinsi Seluruh Indonesia
PENGHARGAAN :
- COM VIII / Dharma Pala
- Seroja
- Kesetiaan VIII Tahun
- Penegak G 30S PKI
- Kesetiaan XVI Tahun
- Dwija Sistha Kesetiaan XXIV Tahun
- Bintang Kep. Narayya
- Satyalancana Mahaputera Utama
- The Award of Honor of The Presdent of Ukraina
- Manggala Karya Kencana
- Satyalancana Wira karya
- Penghargaan sebagai Danrem Terbaik se-Indonesia, 1994
- Penghargaan sebagai “Gubernur Pembuat berita Terpopuler Indonesia 2002″
- Penghargaan “satu-satunya Gubernur di Indonesia yang Mengalami Lima Kali Pergantian Presiden”, dari Museum Rekor Indonesia (MURI), tahun 2004, “Habitat Scroll of Honour Award 2005″ dari UN Habitat.
HOBBY :
- Bulutangkis, Tenis, Golf, Menembak, Basketball, dan Sepakbola.
Masa Kecil Sutiyoso
Sutiyoso dilahirkan pada tanggal 6 Desember 1944 di sebuah dusun kecil bernama Pongangan yang terletak di daerah perbukitan di Jawa Tengah, sekitar 12 km dari kota Semarang. Kedua orang tuanya, Tjitrohardjo dan Sumini, memberikan nama tersebut karena Yoso, dalam bahasa Jawa bermakna memiliki atau kaya. Ayahnya mengharapkan agar anaknya kelak dapat mempertahankan kemapanan kehidupan keluarga mereka, bahkan bisa lebih baik lagi sesuai dengan tantangan jaman.
Di tempat kelahirannya itu, anak keenam dari delapan bersaudara ini menjalani masa kecilnya, dimana setiap hari, selain hari libur, ayahnya mendidik dan mengajar anak-anak desa yang ada di dusun Pongangan dan sekitarnya. Kebetulan memang ayah Sutiyoso adalah seorang Kepala Sekolah, sekaligus guru Sekolah Dasar di Pongangan.
Sutiyoso cilik memang dikenal sebagai anak yang bandel. Secara tak sengaja ia selalu berhasil membuat marah ayahnya, apakah karena ia secara teledor bermain-main menunggangi kudanya padahal ia sendiri belum terlalu jago menguasainya, atau sampai menjual kambing peliharaan demi membeli sebuah layang-layang. Semua ini hanyalah sikap anak-anaknya yang senang bermain tanpa peduli akan konsekuensi yang dihasilkan.
Namun ayahnya merespon dengan keras terhadap perilaku anaknya yang bandel. Hukuman yang diterima Sutiyoso bermacam-macam, dari tidak boleh makan siang dan dikurung dalam kamar, sampai diikat di pohon besar untuk beberapa jam lamanya. Sebagai seorang pendidik pada masa pemerintahan Belanda dan Jepang, ayah Sutiyoso memang terkenal keras dalam mendidik anak-anaknya. Teringat oleh Sutiyoso, kala ia masih duduk di sekolah dasar. Saat pembagian rapor, ketika ayahnya melihat nilainya pas-pasan, Sutiyoso langsung mendapat hadiah spesial berupa hukuman.
Walaupun hukuman-hukuman tersebut cukup parah, sesekali ia juga sering dipukuli, Sutiyoso justru tidak kapok. Menjelang remaja ia malah tumbuh menjadi anak yang doyan berkelahi. Khusus untuk mengasah hobinya ini, Sutiyoso seringkali rajin berlatih bak seorang petinju profesional, dengan sansak yang terbuat dari karung berisi pasir.
Walau sikapnya pemberontak, namun tetap selepas SMA, Sutiyoso, seperti layaknya anak yang berbakti, menuruti kemauan orangtuanya dan pada tahun 1964 ia mendaftar ke Fakultas Teknik Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag). Pada masa itu memang dokter dan insinyur adalah profesi yang sangat dihormati dan identik dengan kesuksesan hidup, sehingga kebanyakan orangtua akan merasa bangga apabila melihat anak mereka dapat menjadi seorang dokter atau insinyur. Selain itu, ayah Sutiyoso, menuruti falsafah Jawa tentang kehidupan, ingin melihat anaknya terarahkan menjadi “orang” di kemudian hari.
Padahal sebenarnya Sutiyoso lebih memilih menjadi tentara, seperti kakaknya yang masuk Tentara Pelajar. Tapi karena kekhawatiran sang ibu yang mengatakan kalau menjadi tentara berarti cepat mati, maka Sutiyoso pun mengurungkan niatnya itu.
Selama masa-masanya kuliah, keinginannya untuk menjadi tentara semakin menggebu-gebu. Akibatnya, ia pun menjalani kuliahnya dengan setengah hati. Berangkat dari rumah penampilannya memang seperti remaja yang benar-benar ingin kuliah, namun sebenarnya tidak demikian. Hobi berkelahinya malah menjadi-jadi. Dia tetap kuliah, hanya karena tidak ingin mengecewakan ibunya.
Walau begitu, Sutiyoso tetap mengontemplasikan akan pilihannya dalam hidup. Apakah menuruti kemauan kedua orangtua untuk kuliah di Teknik Sipil meskipun ia tidak menikmatinya, atau menuruti kemauan hati dan pindah haluan menjadi tentara. Kekhawatiran ibunya memang dapat dimengerti karena ia sempat trauma mengetahui bagaimana tentara Indonesia disiksa oleh tentara Belanda. Ibunya mengatakan, cukup satu anaknya saja yang menjadi seorang marinir.
Tanpa diduga, kebetulan pada saat itu ada pembukaan pendaftaran AMN (Akademi Militer Nasional) di Magelang, Jawa Tengah. Akhirnya, ia telah membulatkan tekadnya. Ia akan menjadi seorang tentara. Sutiyoso nekad mendaftarkan diri dan mengikuti tes AMN, mulai dari tingkat Kodam Diponegoro. Lolos di tingkat Kodam, ia menjalani tes lanjutan di Bandung dan terakhir di Lembang (Bandung bagian Utara). Segala tes itu ia lakukan tanpa sepengetahuan orangtuanya.
Akhirnya, Sutiyoso diterima sebagai Prajurit Taruna (Pratar). Baru pada saat itulah, sekembalinya ia ke Magelang, ia menyurati orangtuanya kalau ia diterima menjadi Pratar di AMN Magelang.
Sutiyoso akhirnya bertemu dengan orangtuanya ketika ia dilantik menjadi taruna. Tanpa diduga, ibunya justru malah menangis bahagia melihat anaknya telah berhasil menjadi sesuatu, melihat dengan gigih ia mewujudkan mimpinya. Sementara sang ayah juga merasa bangga karena didikan kerasnya membuat anaknya menjadi kuat dan mandiri.
Karier Militer
Merah Putih dan Petaruhan Nyawa di Pasukan Elit
Pada tahun 1971 Sutiyoso diwisuda menjadi seorang perwira muda TNI Angkatan Darat dengan pangkat Letnan Dua. Itulah awal kebahagiaan setelah tiga tahun digembleng dengan keras di kawasan Gunung Tidar (kampus AMN-Akademi Militer Nasional) Magelang, Jawa Tengah.
Sutiyoso kemudian ditawari pilihan karier dan kesatuan yang diminatinya – melalui penelusuran bakat dan kemampuan. Karena tidak mau setengah-setengah, dan juga karena mengingat pesan orangtua yang mengatakan jangan tanggung-tanggung apabila melakukan sesuatu, Sutiyoso memilih kesatuan infantri di angket yang disediakan, yaitu kesatuan tempur yang berada di garis depan.
Setelah menjalani pendidikan di kesatuan infanteri, setiap perwira muda diberikan pilihan untuk memilih ke Kodam, Kopassus atau Infanteri. Sutiyoso sendiri memilih ke Kopassus, karena merupakan pasukan elit. Untuk menjadi anggota Kopassus ternyata tidak mudah. Seleksinya sangat ketat. Dia harus menjalani berbagai tes, sebelum diterima. Setelah lolos seleksi, Sutiyoso bersama 22 orang seangkatannya diterima sebagai anggota korps Baret Merah, Kopassus (Komando Pasukan Khusus).
Pada masa itu sosok Sutiyoso agak menonjol karena statusnya yang lajang. Sementara perwira muda lainnya telah menikah setelah dua tahun menjadi prajurit. Ia memberikan alasan supaya ia memiliki waktu lebih banyak untuk belajar, latihan dan menjalankan tugas sebagai seorang pasukan elit. Pada saat operasi militer di Sulawesi, Kalimantan dan Timor Timur, Sutiyoso bertugas membela negara tanpa mesti merisaukan keluarganya, karena nyawanya sendirilah yang menjadi taruhan. Tak Cuma itu, terkadang pimpinan kesatuan akan menunjuk Sutiyoso ketika ia sedang kesulitan mencari anggota pasukan khususnya dengan alasan ia masih lajang.
Namun Sutiyoso akhirnya juga menikah ketika ia telah menjadi Komandan Kompi dengan pangkat Kapten. Sutiyoso menyunting seorang gadis dari Jawa Tengah bernama Setyorini dan pada tahun 1974 mereka pun menikah. Pernikahan itu memberikannya dua anak perempuan.
Dili dan Kenangan Tak Terlupakan
Sebagai anggota pasukan elit, Sutiyoso banyak diterjunkan dalam berbagai operasi militer di daerah operasi. Seperti Operasi PGRS/PARAKU di Kalimantan Barat, Operasi Flamboyan dan Operasi Penumpasan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) di Daerah Istimewa Aceh (kini Nangro Aceh Darussalam), serta Operasi Seroja di Timor Timur. Namun, dari berbagai pengalaman dalam menumpas Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) atau gerakan separatis lainnya di daerah operasi, operasi di Timor Timur yang paling berkesan bagi Sutiyoso.
Di sanalah Sutiyoso mempertaruhkan karier dan nyawanya sebagai seorang pasukan elit Baret Merah. Ia menemukan medan operasi yang sangat berat, dan yang lebih berat lagi, musuhnya tak hanya bersembunyi di daerah pegunungan, tetapi juga berbaur dengan masyarakat setempat. Akibatnya cukup sulit membedakan antara masyarakat biasa, klandestein (mata-mata) dan anggota gerakan yang ingin merdeka.
Karena begitu terkesan dalam penugasan di Timor Timur, Sutiyoso pun menyelipkan nama kota Dilli, kini ibukota Timor Timur, diantara nama putri pertamanya, Yessi Riana Dilliyanti, yang lahir di Magelang, 8 Juni 1975.
Lima Jabatan Level Kolonel
Selain berbagai penugasan di daerah operasi, Sutiyoso juga sering dikirim mengikuti sekolah atau kursus di luar negeri. Antara lain ke Republik Korea (1982), Australia (1989) dan Amerika Serikat (1991).
Berbagai penugasan di daerah operasi, maupun mengikuti berbagai kursus militer, membuat Sutiyoso memiliki ilmu dan kelebihan lainnya dibandingkan rekan seangkatan atau perwira selevelnya. Hal itu membuat karier militer Sutiyoso lebih cemerlang dibandingkan rekan-rekan satu angkatan. Kenaikan pangkat Sutiyoso lebih cepat dari rekan seangkatannya sampai level Kolonel.
Namun, setelah itu, pangkatnya “macet” di Kolonel. Sutiyoso sampai mengalami lima jabatan level Kolonel selama enam tahun. Mulai dari menjadi Aspers (Asisten Personil) Kopassus, Asops (Asisten Operasi) Kopassus, Asops Kostrad, Wadanjen Grup Kopassus, hingga Danrem 062 Suryakencana Bogor.
Mandeknya pangkat kolonel itu, menurut Sutiyoso, karena tersumbatnya Angkatan ’65. “Di angkatan tersebut ada Pak Tarub, Pak Soeyono dan lain-lain. Bila ada job dari angkatan Pak Tarub Cs, dioper lagi ke teman seangkatannya,” ungkap Sutiyoso.
Ini berbeda dengan Prabowo Subianto yang tidak ada sumbatan angkatan di atasnya, sehingga Wiranto pun satu angkatan dengan dengannya. Hal ini karena ketentuan Angkatan ’65 sama dengan Angkatan ’68. “Personil angkatan ’65 itu 500 orang. Ibaratnya kita melempar sandal pun, akan jatuh ke kepala Angkatan ’65,” ujar Sutiyoso.
Sukses Mengamankan KTT APEC
Setelah menjabat Danrem Suryakencana Bogor baru pangkat kolonel Sutiyoso “pecah telur”, menjadi Brigjen. Naiknya pangkat dan jabatan Sutiyoso itu, menurut rekan-rekanya, lebih karena prestasinya ketika menjadi Danrem 062 Suryakencana Bogor. Sutiyoso dinilai berhasil mengamankan pelaksanaan acara berskala internasional yang menjadi sorotan dunia, KTT APEC di Bogor pada tahun 1993. Ketika itu, para kepala negara dan kepala pemerintahan anggota APEC hadir, termasuk Presiden Amerika Serikat Bill Clinton.
Setahun kemudian (1994) setelah keberhasilannya, Sutiyoso menerima penghargaan sebagai Danrem Terbaik Se-Indonesia. Sejak Desember 1994, dia dipromosikan menjadi Kasdam Jaya di Jakarta dengan pangkat Brigjen. Sejak itu bintangnya terus bersinar. Dua tahun setelah itu, tepatnya 19 Maret 1996, Sutiyoso dipercaya menjadi Pangdam Jaya, posisi yang sangat strategis dari seluruh Pangdam di Indonesia.
Ketika ditanyai komentarnya soal keberhasilan mengamankan KTT APEC dan mendapatkan penghargaan sebagai Danrem terbaik se-Indonesia, Sutiyoso menjawab dengan rendah hati, “Saya hanya melakukan yang terbaik untuk bangsa dan negara ini, dan kebetulan ada momentum yang mendukung.”
Sutiyoso boleh jadi menunjukkan sikap rendah hati. Namun, sebelum event KTT APEC, dia baru saja lulus dari Lemhanas KRA XXVI-1993. Banyak teori yang diperolehnya selama kursus Lemhanas yang bisa langsung diterapkan untuk mensukseskan pengamanan KTT APEC.
Selain itu, penghargaan Danrem Terbaik juga bukan semata hanya keberhasilannya mengamankan KTT APEC. Tetapi juga karena keberhasilannya dalam menjaga stabilitas dan keamanan di daerah teritorialnya. Sebagai Danrem, Sutiyoso berhasil menjadi mediator dalam kasus Rancamaya, yaitu sengketa ganti rugi tanah antara masyarakat penggarap dengan PT Suryamas Duta Makmur. Kasus itu semula hanya terjadi secara lokal. Namun, karen penyelesaiannya lambat dan berlarut-larut, kasusnya tak kunjung tuntas dan berkembang menjadi isu nasional.
Sebagai pimpinan Badan Koordinasi Stabilitas Nasional Daerah (Bakorstanasda), Sutiyoso aktif mengambil peran penengah dalam kasus tersebut. la mengadakan kerja sama dengan Pemda Bogor dan instansi terkait. Bahkan Makodam 062 Suryakencana, Bogor, dijadikan tempat Tim Pemda Bogor, untuk mendekatkan Tim Pelaksana Seleksi dengan lokasi bermasalah. Yang membahagiakan Sutiyoso, kasus Rancamaya berakhir dengan manis. Sebanyak 387 petani penggarap mendapatkan yang menjadi tuntutan mereka, yakni uang ganti rugi tanaman sebesar Rp 153,34 juta.
Memperjuangkan Korps
Sebagai pemimpin, jelas terlihat bahwa Sutiyoso tidak mementingkan kariernya saja. Ketika menjabat Aspers Kopassus, misalnya, ia tidak habis pikir mengapa banyak personil Kopassus yang gagal masuk Seskoad (Sekolah Staf dan Komandi TN Angkatan Darat). Sepintar apa pun perwira di Kopassus, menurut Sutiyoso, jarang ada yang langsung lolos. Sintong Panjaitan dan Sofyan Effendi misalnya, harus dua kali tes baru lolos, sama seperti dirinya.
Setelah mencermati dan menelusuri, Sutiyoso akhirnya menemukan jawabannya. Kegagalan personil Kopassus kebanyakan di psikotes. “Soalnya orang Kopassus itu biasa latihan keras dan ketat secara fisik di medan operasi. Dalam keadaan seperti itu, lalu disuruh mengikuti tes. Jelas, secara psikologis tidak siap mental. Tapi yang tidak pernah bertempur, seperti orang-orang perhubungan, Zeni dan lainnya, bisa lebih konsentrasi dan secara mental lebih siap,” ungkap Sutiyoso.
Dari pengamatan itu, Sutiyoso lalu menghadap Aspers KSAD. Sutiyoso lalu menjelaskan apa yang diamatinya dan memberikan solusi. Dia minta Aspers KSAD memberikan dispensasi kepada perwira-perwira Kopassus. Kalau tidak, bakal tidak ada pimpinan TNI yang berasal dari special forces, pasukan khusus. Padahal, di negara-negara maju, kebanyakan pimpinan militer berasal dari pasukan khusus. “Saya minta orang-orang ini diluluskan semuanya, karena prestasinya bagus,” ujar Sutiyoso ketika itu. Usahanya ternyata berhasil. Sebanyak 15 orang perwira Kopassus lulus masuk Seskoad.
Tak hanya itu. Setelah sukses memperjuangkan perwira Kopassus agar lebih banyak masuk ke Seskoad, Sutiyoso memperjuangkan kepentingan anak buahnya di korps “baret merah” untuk mendapatkan insentif dari setiap lencana/penghargaan yang mereka peroleh. Dia menilai insentif itu perlu. Kalau tidak, apa bedanya Kopassus dengan kesatuan lainnya. Akibatnya, bisa-bisa Kopassus tidak diminati.
Sutiyoso lalu menghadap Aspers KSAD lagi yang waktu itu dijabat oleh Sutopo Juwono, yang dikenal galak. Namun, Sutiyoso punya cara untuk “merayu”. “Pak, Bapak lihat wing saya,” kata Sutiyoso sambil menunjuk lencana wing yang melekat di atas kantong depan seragamnya. Sutiyoso menyarankan agar setiap wing penghargaan mendapat tunjangan Rp 10 ribu per bulan. Karena selama ini yang mendapat tunjangan hanya untuk mendapatkan wing satu bulan. Sedangkan wing komando yang untuk memperolehnya perlu waktu tujuh bulan, tidak mendapat tunjangan. “Kalau begitu sangat tidak adil, dong,” ujar Sutiyoso ketika itu.
Sutiyoso menambah dengan “bumbu-bumbu” lain, bahwa tunjangan itu tidak akan menghabiskan anggaran militer. Karena hanya segelintir orang yang mendapatkan wing komando. “Pantasnya wing komando ini mendapatkan tunjangan tujuh kali lipat. Tapi Bapak cukup memberi tiga puluh ribu saja setiap bulan sudah cukup,” kata Sutiyoso. “Jadi, apakah semua wing ada tunjangannya begitu?” tanya Sutopo Juwono. Sutiyoso dengan tegas mengiyakan. Hatinya begitu gembira, karena setelah itu semua wing atau lencana Kopassus mendapatkan tunjangan.
Pada kesempatan lain Sutiyoso menghadap Sutopo Juwono untuk memperjuangkan rekan-rekannya di korps baret merah, seperti Syahrir dan Agum Gumelar. Saking seringnya, Sutopo Juwono sampai berkata, “Aku ini kalau ketemu kamu, kepalaku jadi puyeng,” cerita Sutiyoso menirukan Sutopo Juwono.***

Restu JK Dikantongi, Sutiyoso Ingin Pimpin PSSI


Sutiyoso.
JAKARTA — Sejumlah nama terus mencuat sebagai kandidat pemilihan ketua umum PSSI periode 2011-2015. Salah satunya adalah mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.

Mantan Pangdam Jakarta Raya itu menyatakan kesiapannya menjadi pemimpin PSSI. “Saya siap kalau memang diusulkan para pemegang hak suara PSSI,” kata Bang Yos saat ditemui pada sebuah kesempatan di kawasan Pulo Mas, Jakarta Timur, Selasa (15/3).

Terkait niatnya memimpin PSSI, Sutiyoso mengaku didukung mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. “Pak JK bilang tak akan maju dan mendorong saya maju,” tambahnya.

Sutiyoso juga mengatakan, dirinya akan membesarkan PSSI bila memang mendapat kepercayaan dari para pemegang mandat. Sutiyoso menegaskan, sepakbola bukanlah hal asing baginya. “Saya membawa Persija yang dulunya seperti tim dari comberan menjadi juara pada tahun 2001,” tandasnya.

Tak hanya itu, Sutiyoso juga mengaku memahami cara mengembangkan sepakbola. “Tapi saya bukan orang yang suka menyodorkan diri. Kalau memang diusulkan dan dipercaya saya siap maju,” papar pria kelahiran Semarang yang pernah menjadi kiper kesebelasan perwira tinggi TNI tahun 1987 itu.(sto/jpnn)

Minggu, 27 Februari 2011

PKPI harus berbicara INDONESIA

PKPI adalah partai nasionalisme, merunut pengertian nasionalisme tentunya ialah mengutamakan kepentingan negara di atas segala2nya, dalam konteks dalam kehidupan bangsa dan negara, salah unsur pembentuk negara yaitu rakyat, selain wilayah, pemerintah yg berdaulat (konstitutif), yg prlu juga digarisbawahi bahwa republik ini terbentuk oleh kedaulatan rakyat sesuai yg tercantum dalam pembukaan UUD 1945. maka tentunya PKPI sbg partai politik yg nasionalisme, kerakyatan, harus memperjuangkan kepentingan rakyat dgn mendukung ikut melindungi sgenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah  darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum serta penjabaraanya d pasal-pasal UUD 1945. NKRI  terbentuk oleh pendiri bangsa harus dijaga, untuk menaungi rakyat untuk mncapai tujuan dan kepentingan bersama, menjadi Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur. PKPI berjuang untuk INDONESIA.

PKPI Berharap Raih 40 Persen Suara di Majalengka

PKPI Berharap Raih 40 Persen Suara di Majalengka

Majalengka, Pelita
Kalau Ibu ke Majalengka tentu akan tercengang melihat jalan di Majalengka berbelok-belok, itu belum beres kami bangun. Insya- Allah tahun 2009 akan kami bangun dan ditata menjadi jalan lurus dan enak dipakai atau enak dipandang untuk dilihat, kata Wakil Bupati Drs H Karna Sobahi MMPd pada rapat umum pengarahan kepada calon legislatif (Cleg) PKP Indonesia yang dihadiri Ketua DPN Prof DR Meutia Hatta, di Graha Sindang Kasih, Sabtu (10/1).
Sebagaimana kita maklumi, kata Wabup, ada tantangan besar yang dihadapi yaitu tantangan yang belum menyerap kepentingan masyarakat. Selama 23 hari menjabat kami terus memantau di lapangan. Sembilan belas hari kami berada di desa karena kami tahu dipilih oleh rakyat.
Diungkapkan Wabup, kami selalu keliling, bupati di wilayah utara dan saya di selatan. Sangatlah wajar kita laksanakan agar ke depan desa jadi basis kekuatan terbesar khususnya di Kabupaten Majalengka. Hal lain diutarakan Wabup, nyaris 70 persen dana APBD habis untuk belanja pegawai, sehingga menuntut kami untuk merampingkan SOTK karena sekarang ini gemuk struktur tidak kaya fungsi, ujar wabup yang diusung PKPI ini.
Ketua DPK PKPI, Ir Dede Mulyana mengatakan, di Kabupaten Majalengka sudah 26 kecamatan terbentuk unsur pimpinan kecamatan atau DPC termasuk unsur gender sudah 34 persen.
PKPI akan mendukung suara tahun 2009 nanti untuk mencalonkan Ibu Meutia Hatta sebagai presiden. Selain itu, kata Dede, ketika TKI di luar negeri mendapat perlakuan tidak wajar kami datangi Depnakertrans, kami tampil yang terdepan alhamdulillah mereka selamat. Kami mencermati amanat bung Hatta, kalau kita tidak ingin menjadi embel-embel negara luar lebih baik kita tenggelam ke dasar lautan, kata Dede.
Hal serupa disampaikan Ketua DPP PKPI Jabar, Ruli Alfiadi, saya tidak segan menyebut Kabupaten Majalengka sebagai 10 kabupaten terbaik di Jawa Barat. Karena dapil-dapil tersebut daerah unggulan termasuk di Kabupaten Majalengka tidak boleh kalah. 
Karena Majalengka termasuk daerah unggulan dan yang utama sebuah prestasi dan penghargaan kader kita bisa mendudukan dan memberikan warna tersendiri bahwa bapak H Karna bisa menjadi wakil bupati, kata Ruli.
Bukan mustahil tahun 2013 nanti PKPI bisa mendudukan kadernya menjadi bupati. Saya tidak ingin kader kita loyo dan lemah karena bukan saatnya untuk itu, di PKPI tidak berlaku demikian, tegasnya.
Kita jangan berkecil hati meski partai kecil tapi harus PD (percaya diri). Percayalah kalau kita berikhtiar maka partai yang kecil bisa di hati rakyat banyak. Doktrin kita yaitu menjaga tanah air Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan keutuhan bangsa, kata Ketua DPN PKPI Prof DR Meutia Hatta.
Kepada para Caleg kita jangan hanya memohon doa restu saja tetapi harus lebih dari partai lain dekati rakyat. Mari kita jadi tuan di negeri sendiri dan kita yang menentukan akan pembangunan atau kesejahteraan rakyat Indonesia bukan negara asing.
Karena kita Indonesia menganut ekonomi untuk kesejahteraan rakyat, pada pileg nanti kami berharap PKPI dapat meraih suara minimal 40 persen khususnya di DPRD kabupaten/kota, DPRD provinsi, dan DPR RI, papar Meutia yang juga menteri Pemberdayaan Perempuan.

Wajah Ganteng Sang Ketua Umum PKP Indonesia

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum PKPI dalam Kongres PKPI di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur, Sabtu – Minggu (10-11/4). Bang Yos berjanji, akan menjadikan PKPI sebagai rumah para purnawirawan dalam menyalurkan aspirasi politiknya.
”Pada pemilu kemarin saya juga ikut terlibat dan mempunyai massa. Sehingga kalau sekarang di PKPI, saya harap mereka bergabung dengan saya,” ucapnya seraya menyatakan tekadnya untuk memenangkan Pemilu 2014.
Bang Yos mengaku menerima tawaran untuk menjadi Ketua Umum PKPI karena PKPI mempunayai misi mengawal NKRI, Pancasila dan UUD 1945.
“Jadi bukan misi kekuasaan. Kita akan loyal dan mendukung siapapun yang berkuasa secara konstitusional,” tambahnya.
Ditanya tentang koalisi dengan SBY, mantan Pangdam Jaya ini mengatakan akan tetap menjaga koalisi tapi bukan ABS (asal Bapak Senang), melainkan koalisi yang kritis.
Sebelumnya, Koordinator PKP Indonesia Propinsi Papua Ramses Wally, S.H, secara terus terang mendukung Sutiyoso menjadi Ketua Umum PKP Indonesia menggantikan Prof. Meutia Hatta yang telah habis masa jabatannya.
Menurut Ramses, Sutiyoso pantas memimpin PKP Indonesia karena beberapa hal, antara lain Sutiyoso sebagai mantan gubernur DKI yang berhasil selama dua kali, tegas dan diyakini membawa PKP Indonesia menjadi partai yang go nasional bahkan go internasional.
“Saya berkeyakinan dengan kepemimpinan Sutiyoso pada tahun 2014 Partai warisan almarhum Jendral (purn) Edy Sudradjat ini akan meraih kemenangan. Sebab, PKPI adalah satu-satunya partai pendukung SBY selama dua kali pilpres. Maka, ketika nanti SBY tak lagi mencalonkan menjadi Presiden pada 2014, maka giliran Sutiyoso yang akan mencalonkan menjadi Presiden,” ujarnya.
Sedang, anggota DPRD Kabupaten Jaya Pura, Dicky. H.N. Yakore sangat yakin bahwa Sutiyoso terpilih menjadi Ketua Umum PKP Indonesia lewat kongres III. Dicky beralasan, mantan Gubernur DKI Jakarta ini merupakan sosok yang berani, tegas, serta figur yang memiliki harga jual yang layak pada momentum 2014 mendatang.
Alasan lain, tambah Dicky, figur-figur lain sudah banyak yang tak akan tampil, misalnya: Pak Wiranto sudah dua kali kalah dalam pipres, Mega juga tak mungkin maju lagi, SBY juga tak mungkin maju lagi, maka satu-satunya adalah Pak Sutiyoso.
Harapan terhadap Sutiyoso agar menjadi Ketua Umum PKP Indonesia juga datang PKPI Kabupaten Seluma, Bengkulu yang meraih kemenangan pada pemilu 2009 dengan meraih 7 kursi dari 30 kursi yang ada di DPRD Kab. Seluma. Ketua Komisi II DPRD Seluma, Khairi Yulian disela-sela Kongres III PKP Indonesia menyatakan optimis bila Sutiyoso yang memegang Ketua Umum PKP Indonesia, maka perolehan suara bukan hanya di kabupaten Seluma saja yang akan meraih kemenangan tapi kami harap di tingkat nasional bisa juga sejajar dengan partai-partai besar lainnya.
“Saya yakin Pak Sutiyoso bisa mendongkrak perolehan suara di tingkat nasional PKP Indonesia. Bahkan sebagai sosok yang sukses memimpin DKI selama dua periode Pak Sutiyoso dengan jeli bisa melakukan lobi-lobi politik engan elit politik nasional yang dapat membesarkan PKP Indonesia di masa depan,” .

Bang Yos Ingin PKPI Bak Macan


Sutiyoso (joko luwarso/matanews)
Sejak terpilih menjadi Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Sutiyoso ingin membesarkan partai ini menjadi partai yang disegani bak macan.
“PKPI layak menjadi macan seperti partai yang sudah besar lainnya. Namun kita ingin menjadi macan yang disegani,” kata pria yang akrab disapa Bang Yos ini saat temu kader di Desa Perean Kangin, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali, Rabu 13 Oktober 2010 sore.
Keinginan itu, lanjut dia, sesuai komitmen awal setelah terpilih menjadi Ketua Umum PKP menggantikan Meutia Hatta.
“Konsentrasi saya saat ini adalah bagaimana membesarkan partai ini, sehingga ke depan bisa lolos angka ambang batas minimum di parlemen,” ujar mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
Oleh karena itu, lanjut dia, untuk mencapai keinginan tersebut, pihaknya tidak mengharamkan jika ada kader yang menyeberang dari partai lain dan ingin bergabung.
“Kami siap menampung tokoh atau kader dari partai mana pun. Itu sah-sah saja, tidak dilarang,” ucap Bang Yos.
Untuk menunjukkan keyakinannya bahwa PKPI layak menjadi partai besar bagai macan yang disegani, dia menunjuk kehadiran ribuan kader dan simpatisan di Banjar Anyar, Desa Perean Kangin, Baturiti tersebut.
“Saya merasakan sambutan masyarakat di sini luar biasa. Sejak 3 bulan menjadi Ketua Umum PKPI, baru kali ini mendapat sambutan semeriah ini. Saya berharap di tempat lain akan seperti ini, bahkan lebih semarak lagi,” ujar purnawirawan jenderal TNI berbintang tiga ini. (ant/sss)

SOSOK KETUA PKP INDONESIA KABUPATEN MAJALENGKA

2014 PKPI Targetkan 24 Kursi

etua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Letjen TNI (Purn) Sutiyoso, melantik pengurus DPP PKPI DIY di Sekretariat Kantor PKPI DI Yogyakarta, Kamis (24/2).
Dalam sambutannya, Sutiyoso memproyeksikan Provinsi Jateng dan DI Yogyakarta akan menjadi basisnya PKPI ke depan.

''Pada Pemilu 2014 nanti, perolehan suara terbanyak yang kami harapkan dari Jateng dan DIY ini,'' kata  tekad Sutiyoso.
Ia menyadari parpolnya tidak akan secara tiba-tiba menjadi partai besar, namun masih harus  harus berjuang keras dalam meraih massa.  Walaupun begitu, Sutiyoso yakin bisa mendapat 24 kursi DPR pada pemilu 2014 nanti.
''Dari 24 kursi itu, saya bebankan target 8 kursi dari Jateng dan minimal satu kursi dari Yogya,'' katanya.
Untuk mencapai target perolehan suara nasional sebanyak 5 persen, maka pihaknya akan konsentrasi di wilayah Jawa. ''Saya akan habis-habisan menggempur Jawa mulai dari Jateng/DIY, Jabar, Jatim, dan Banten. Pkhir 2011 ini, saya berharap sudah tahu perolehan massa PKPI di daerah,'' katanya.
Ia mengakui untuk mencapai target raihan kursi di DPR itu bukanlah pekerjaan ringan dan perlu dilakukan dengan penguatan basis politik sampai ke akar rumput. Apalagi, katanya, saat ini  Indonesia selalu dihadapkan dengan konflik anak bangsa yang cukup memprihatinkan, seperti konflik yang berbau agama  di Temanggung, Banten, kasus mafia hokum, mafia pajak, dan lainnya.
Menurutnya, pemerintah harus menindak tegas pelaku kerusuhan-kerusuhan itu. ''Aparat perlu menindak tegas dan keras seuai kontitusi dan undang-udangng yang ada. Kita tidak boleh lagi mentolerir  polisi-polisi bayangan yang bisa melakukan apa saja sesuai kehendaknya. Itu perlu dihentikan dengan keberanian,'' tandanya.

SOSOK KETUA UMUM PKPI

PKPI Sutiyoso Targetkan 24 Kursi DPR